Buku Fisik Vs Buku Digital


Oleh Aisy 

Teknologi di masa kini berkembang pesat sejalan dengan kemajuan zaman. Hampir segala hal mampu kita lakukan hanya dengan bermodal gadget yang ada dalam genggaman. Aktivitas belajar, belanja, menonton film, bermain game, sampai pada transaksi perbankan, semua mampu dilakukan oleh benda persegi panjang pintar yang senantiasa menemani kita beraktivitas dalam keseharian. Bahkan sebagian orang lebih memilih tidak membawa dompetnya daripada meninggalkan handphone-nya di rumah. Kecanduan yang satu ini, kini semacam menjadi hal umum yang tak bisa terelakkan.

Bagi para pecinta buku atau mereka yang suka membaca buku, maka perkembangan teknologi memisahkan mereka menjadi dua kubu. Kubu pecinta buku fisik dengan kekhasan bau-bau kayu pada setiap lipatan halamannya. Atau pecinta buku digital, mereka yang terbiasa hidup fleksibel dan bisa membaca di mana saja dan kapan saja. Sebenarnya bagi pecinta buku fisik, mereka tetap bisa saja membaca di mana saja dan kapan saja, tentu jika bukunya memenuhi syarat ukuran untuk dibawa ke mana-mana. Tidak mungkin kita membawa buku setebal ensiklopedia untuk kemudian dibaca ketika kita menaiki kereta. Selain memberatkan, tentu akan sangat makan tempat untuk barang bawaan yang hendak kita bawa ke tempat tujuan. Atas pertimbangan inilah para pecandu buku banyak beralih dengan memanfaatkan kemajuan teknologi yang ada. Kemunculan aplikasi peminjaman buku online kini mulai masif di dunia digital seperti i-Pusnas, e-Perpus, Academia, dan lain sebagainya.

Keberadaannya memang sangat membantu terutama di saat pandemi seperti ini, kita terpaksa tetap harus berada #dirumahaja padahal mulai kehabisan koleksi buku yang sudah selesai dibaca. Solusinya? Pinjam saja ke perpustakaan online dengan meng-install aplikasinya. Selesai masalah. Tetapi nyatanya tidak sesederhana itu. Beberapa pengguna mengeluhkan pening matanya karena terlalu sering menatap layar. Radiasi layar handphone tentu tidak bisa diremehkan begitu saja pengaruhnya. Bagi seseorang yang mengidap minus seperti saya, radiasi ini akan memperburuk kondisi kesehatan mata. Bahkan pada kondisi yang sudah parah, akan membuat mata berair dan kepala menjadi pusing hingga mual dibuatnya. Efeknya sama seperti orang yang sedang maraton drama korea. 

Menurut data penelitian yang dilakukan di Swedia pada tahun 2005 menunjukkan bahwa membaca dengan menggunakan layar memakan habis energi jauh lebih banyak dibanding membaca dari kertas. Sinar LED yang muncul juga dapat menganggu pola tidur dan membuat tidur menjadi tidak berkualitas. Tetapi bukan berarti serta merta kita harus membuang jauh-jauh penggunaan e-book atau buku digital ini. Teknologi ada untuk memudahkan kehidupan manusia, termasuk inovasi munculnya buku digital di era sekarang ini. Hanya saja tentu penggunaannya harus lebih dilakukan secara bijaksana, mengingat efek yang diakibatkan cukup serius untuk kesehatan mata kita.

Selain perihal kesehatan mata, pengalaman lain yang saya dapatkan adalah ketidaktenangan diri ketika membaca lewat buku digital (e-book). Keinginan untuk senantiasa membuka aplikasi chat itu begitu besar, hal itu menjadikan kegiatan membaca saya jadi semakin terbengkalai. Ditambah jika ada notifikasi dari gawai yang tengah saya gunakan, habislah waktu saya hanya untuk memuaskan rasa penasaran. Berbeda ketika saya membaca buku fisik, gawai akan saya letakkan jauh-jauh dari pandangan. Sehingga mata dan pikiran hanya terfokus pada buku yang ada dalam genggaman.

Jika membaca beberapa data yang saya dapati, secara subyektif bisa saya ambil konklusi bahwa buku digital adalah alternatif dari keberadaan buku fisik itu sendiri. Bagaimana pun bagi saya buku fisik tidak akan bisa terganti. Sensasi setiap kali kita mencium aromanya dan membuka setiap lembar halamannya, itu tidak akan bisa diwujudkan oleh layar gawai yang kita gunakan untuk membaca lewat aplikasi. Namun tentunya setiap orang bebas menentukan seleranya dalam membaca.

Buku fisik dengan ketidakefisienan ukurannya bagi beberapa buku yang tidak mungkin dibawa untuk bepergian, tetapi bersahabat dengan mata dan tentu mempertajam fokus kita. Dan e-book dengan segala kemudahan akses dan kecanggihannya, tetapi memiliki bahaya yang luar biasa juga bagi kesehatan mata kita.

Maka sebenarnya kita bebas memilih buku fisik atau pun buku digital, asalkan tak lupa akan esensi berharga mengapa kita harus senantiasa membaca. Tetapi jika saya boleh memilih, secanggih apapun penemuan baru e-book di masa mendatang, keberadaan buku fisik haruslah tetap diperjuangkan. Sebab apalah artinya kami tanpa buku fisik, karena bersamanyalah kehidupan masa kecil kami berada. Dan karenanya pula kami bisa mengenal dunia, bahkan sebelum teknologi mengambil alih perannya.

*Penulis tinggal di Gresik, Peserta 60 HMB SMILE

Posting Komentar